Gowes mengenang Kang Damar Wafat 03 Juni 2024 |
Sebelas goweser partisipan |
Gowes kali ini memang berbeda. Ada sejumput kesedihan dan rasa kangen yang mendera. Kami, kaum goweser NKRI RW-10 masih merasa kehilangan sosok pemimpin yang di komunitas kami mendapat julukan sebagai Dedengkot Gowes dan Touring Biker. Dedikasinya begitu kuat dipadu dengan disiplin yang ketat menjadikannya sebagai sosok pemimpin yang dapat dijadikan panutan. Beliau tak lain adalah Almarhum Drs.H. Dede Amar, M.M.Pd yang panggilan akrabnya Kang Damar, wafat pada 03 Juni 2024 silam.
Untuk itulah pada Ahad, 14 Juli kemarin, kami berkehendak untuk sekedar mengenangnya. Maklum, beliau adalah penggerak dan pendobrak pelbagai aktivitas kemasyarakatan di lingkungan RW-10. Tidak terkecuali dalam aktivitas gowes. Terkenang oleh kami setiap kegiatan gowes beliau selalu datang terlebih dahulu di Gazeboo Pojok Toleransi menunggu peserta lain berdatangan.
"Memang masih terkenang dan terbayang dalam ingatan kami beliau duduk sendirian, yang mungkin sebelum jam 07.00 pagi sudah datang, tak jarang membawa oleh-oleh makanan dari hasil kunjungan kerja beliau ke pelbagai daerah dalam kapasitas beliau sebagai Ketua PGRI Jabar," kata pak RW-10 Yaya Sunarya yang memang posisi saat ini sebagai pejabat pengganti RW-10 yang sebelumnya dijabat oleh Kang Damar.
Kami 11 orang goweser NKRI (Neangan Karunia Ridho Ilahi) terpanggil untuk mengikuti gowes bareng mengenang Kang Damar. Kami adalah: Kang Yaya (Pak RW-10 yang kini dianugerahi gelar sebagai Gegedug Gowes NKRI RW-10), Kang Isa, Kang Bubun, Kang Purnomo, Kang Rusdi, Kang Yopie, Kang Iman Wagiman, Kang Irsan, Kang Dwi, Kang Aam, dan Kang Nana.
Lalu kemana kami menempuh perjalanan? Ya, tetap dalam upaya mengenang jalur tempuh sebelumnya bersama Kang Damar. Berangkat dari kandang kami di Postol Antapani menyusuri jalur-jalur utama kota: Seperti melindas jalanan Ahmad Yani, menggilas jalan Asia Afrika hingga merangsek jalan Astana Anyar lalu mengobrak-abrik masuk ke lapangan Tegallega.
Menyoal masuk lapangan Tegallega sesungguhnya punya maksud tersendiri. Kang Bubun punya niatan untuk mentraktir sarapan pagi sekedar guna meningkatkan stamina. Kami mencari jenis makanan itu sampai beberapa jalan utama kota Bandung. Tapi subhanallah makanan itu gak ketemu sampai kami kembali pulang. Makanan yang kami cari itu adalah sebuah tenda yang bertuliskan SBKHDKI (Sedia Bubur Kacang Hijau Dan Ketan Item). Nihil alias Zonk.
Karena penasaran Kang Nana iseng bertanya ke Kang Isa.
"Kang Isa ari tukang bubur kacang pada kemana ya?," katanya
"Rupina mah tos parangsiun, kapangaruhan ku sinetron preman pensiun."
"Baruk kutan kitu..." gereyem kang Nana bari mikir da ngarasa dibohongan.
Biasanya di sela-sela gowes kami menyempatkan diri untuk kuliner. Kalau ke Tegallega biasanya kami menikmati kuliner Ketupat Kari Sapi yang berlapak disamping Lapang Tegallega yang diakui enaknya gak kira-kira. Namun kali ini berbeda karena kebetulan ada anggota goweser yakni Pakde Rochadi yang tengah berulang tahun ke-76 yang akan menyiapkan makan besar Gule Kepala Kambing. Sebelumnya Pakde memang telah memberikan sinyal agar jangan jajan di jalan, karena kepulangannya akan disambut dengan makan besar.
Tentunya saja semua goweser pada sumringah mengingat gule kepala kambing hasil chef Pakde Rochadi sulit dikalahkan oleh pegule lainna. Dan memang telah terbukti ketika kami telah sampai di rumah beliau di Jalan Dili No. 29 Ankid kami menikmati gule hulu jeung cokor embe anu sakitu gurihnya. Karuan saja Kang Irsan berkomentar: "Nikmat mana lagi yang engkau dustakan", katanya menyitir petikan Surat Ar Rahman yang yang ditulis dalam Alquran secara berulang sebanyak 31 kali. Saat menikmati gule kami pun menerima kehadiran undangan dari pakde antara lain: Kang Mumu, Kang Budi, Kang Ernan, Kang Agus Anang, Kang Achmad, Kang Agus Pratista.
Setelah menikmati gule yang gurih bin nikmat itu kami pun mulai membubarkan diri. Tak lupa kami semua menyampaikan ucapan Selamat Ulang Tahun ke-76 ke Pakde Rochadi (Masaallah suatu usia yang panjang dan berkah). Barakallahu fii umrik. Juga ucapan terimasih atas jamuan makannya, Insyaallah berkah dengan balasan pahala yang berlimpah. Cag ah..!!(jurnalis kisunda-10/nana/ankid/rw10)
Untuk itulah pada Ahad, 14 Juli kemarin, kami berkehendak untuk sekedar mengenangnya. Maklum, beliau adalah penggerak dan pendobrak pelbagai aktivitas kemasyarakatan di lingkungan RW-10. Tidak terkecuali dalam aktivitas gowes. Terkenang oleh kami setiap kegiatan gowes beliau selalu datang terlebih dahulu di Gazeboo Pojok Toleransi menunggu peserta lain berdatangan.
"Memang masih terkenang dan terbayang dalam ingatan kami beliau duduk sendirian, yang mungkin sebelum jam 07.00 pagi sudah datang, tak jarang membawa oleh-oleh makanan dari hasil kunjungan kerja beliau ke pelbagai daerah dalam kapasitas beliau sebagai Ketua PGRI Jabar," kata pak RW-10 Yaya Sunarya yang memang posisi saat ini sebagai pejabat pengganti RW-10 yang sebelumnya dijabat oleh Kang Damar.
Kami 11 orang goweser NKRI (Neangan Karunia Ridho Ilahi) terpanggil untuk mengikuti gowes bareng mengenang Kang Damar. Kami adalah: Kang Yaya (Pak RW-10 yang kini dianugerahi gelar sebagai Gegedug Gowes NKRI RW-10), Kang Isa, Kang Bubun, Kang Purnomo, Kang Rusdi, Kang Yopie, Kang Iman Wagiman, Kang Irsan, Kang Dwi, Kang Aam, dan Kang Nana.
Lalu kemana kami menempuh perjalanan? Ya, tetap dalam upaya mengenang jalur tempuh sebelumnya bersama Kang Damar. Berangkat dari kandang kami di Postol Antapani menyusuri jalur-jalur utama kota: Seperti melindas jalanan Ahmad Yani, menggilas jalan Asia Afrika hingga merangsek jalan Astana Anyar lalu mengobrak-abrik masuk ke lapangan Tegallega.
Menyoal masuk lapangan Tegallega sesungguhnya punya maksud tersendiri. Kang Bubun punya niatan untuk mentraktir sarapan pagi sekedar guna meningkatkan stamina. Kami mencari jenis makanan itu sampai beberapa jalan utama kota Bandung. Tapi subhanallah makanan itu gak ketemu sampai kami kembali pulang. Makanan yang kami cari itu adalah sebuah tenda yang bertuliskan SBKHDKI (Sedia Bubur Kacang Hijau Dan Ketan Item). Nihil alias Zonk.
Karena penasaran Kang Nana iseng bertanya ke Kang Isa.
"Kang Isa ari tukang bubur kacang pada kemana ya?," katanya
"Rupina mah tos parangsiun, kapangaruhan ku sinetron preman pensiun."
"Baruk kutan kitu..." gereyem kang Nana bari mikir da ngarasa dibohongan.
Biasanya di sela-sela gowes kami menyempatkan diri untuk kuliner. Kalau ke Tegallega biasanya kami menikmati kuliner Ketupat Kari Sapi yang berlapak disamping Lapang Tegallega yang diakui enaknya gak kira-kira. Namun kali ini berbeda karena kebetulan ada anggota goweser yakni Pakde Rochadi yang tengah berulang tahun ke-76 yang akan menyiapkan makan besar Gule Kepala Kambing. Sebelumnya Pakde memang telah memberikan sinyal agar jangan jajan di jalan, karena kepulangannya akan disambut dengan makan besar.
Tentunya saja semua goweser pada sumringah mengingat gule kepala kambing hasil chef Pakde Rochadi sulit dikalahkan oleh pegule lainna. Dan memang telah terbukti ketika kami telah sampai di rumah beliau di Jalan Dili No. 29 Ankid kami menikmati gule hulu jeung cokor embe anu sakitu gurihnya. Karuan saja Kang Irsan berkomentar: "Nikmat mana lagi yang engkau dustakan", katanya menyitir petikan Surat Ar Rahman yang yang ditulis dalam Alquran secara berulang sebanyak 31 kali. Saat menikmati gule kami pun menerima kehadiran undangan dari pakde antara lain: Kang Mumu, Kang Budi, Kang Ernan, Kang Agus Anang, Kang Achmad, Kang Agus Pratista.
Setelah menikmati gule yang gurih bin nikmat itu kami pun mulai membubarkan diri. Tak lupa kami semua menyampaikan ucapan Selamat Ulang Tahun ke-76 ke Pakde Rochadi (Masaallah suatu usia yang panjang dan berkah). Barakallahu fii umrik. Juga ucapan terimasih atas jamuan makannya, Insyaallah berkah dengan balasan pahala yang berlimpah. Cag ah..!!(jurnalis kisunda-10/nana/ankid/rw10)