Jumat, 18 Maret 2022

Touring KisundaRODA RW-10 Ankid Satroni Desa Jayagiri Lembang

Briefing sebelum berangkat menuju
Perbukitan Jayagiri Lembang

berfose di lapangan MMJ
(Manokawari-Merauke-Jayapura)

Melati dari Jayagiri...
Kuterawang keindahan kenangan...
Hari-hari lalu di mataku...
Tatapan yang lembut dan penuh kasih...


Itu adalah sebaik syair lagu Melati dari Jayagiri yang sangat melegenda. Memang nama  Jayagiri, sebuah desa di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menjadi tidak terasa asing di telinga. Hal itu tentu berkat lagu populer Bimbo yang berjudul Melati dari Jayagiri. Lagu ini  diciptakan oleh Iwan Abdul Rachman alias Abah Iwan di Gunung Jayagiri pada Maret 1967.

Desa Jayagiri sendiri terletak di posisi di jalur menuju Gunung Tangkuban Perahu. Dengan luas sekitar 950 hektar yang mencakup persawahan, perkebunan dan hutan lindung. Bahkan desa ini kini terus dibenahi karena memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi salah satu objek  wisata alam andalan Jawa Barat.

Untuk itulah mengapa Komunitas Touring Biker KisundaRODA RW-10, Ankid, memilih tempat ini sebagai ajang aktivitas Touring Jilid-III. Alasannya cukup sederhana. Ingin membeli rasa penasaran tentang keindahan seperti apa yang ditawarkan desa Jayagiri yang kabarnya lumayan menarik untuk disatroni.

Delapan biker plus satu mobil pendamping

Kamis, 17 Maret 2022, kedelapan biker KisundaRODA, tampil untuk menjajal jalanan menuju Jayagiri Lembang. Kedelapan aki-aki pemberani itu adalah:

1. Kang Dede Amar dengan Honda Adv.
2. Kang Purnomo dengan Yamaha Nmax
3. Kang Iman Wagiman dengan Yamaha Nmax
4. Kang Nana dengan Yamaha Nmax
5. Kang Irsan dengan Yamaha Aerox
6. Kang Bubun dengan Honda New Vario
7. Kang Rusdi dengan Honda Scoopy
8. Kang Muryono dengan Yamaha Fino.

Kali ini mendapat pendampingan satu kendaraan Kijang, yang diawaki:
1. Kang Hendrik (Pengendara)
2. Kang Isa (Pendamping)
3. Kang Rochadi (Pendamping)
4. Kang Yopie (Pendamping).

Bagi kami, Jayagiri memang merupakan bagian kenangan masa lalu. Ketika ada Lomba Hiking atau sekedar ingin berkemah ke  Tangkuban Perahu, sudah dipastikan akan melewati hutan Jayagiri. Jaraknya kurang lebih delapan kilometer sampai ke kawah Tangkuban Perahu

Warga dan aparat desa hasil pemekaran Desa Lembang tampaknya tidak menyia-nyiakan peluang dan potensi yang ada di hadapan mereka. Dengan bekerja sama dengan Perhutani, mereka mengembangkan area hutan desa menjadi destinasi wisata alam tanpa merusak ekosistemnya.

Kami pun sampai di lokasi setelah sekitar satu jam perjalanan tanpa kendala berarti. Tampak di lokasi rupanya telah berkembang dengan munculnya berbagai  kantung-kantung pariwisata seperti rumah-rumah baambu yang disewakan layaknya kamar hotel serta tempat-tempat perkemahan dan  panggung-panggung seni dan hiburan bernuansa alam.

Kabarnya sejak tahun 2015,  pemerintah desa memang mulai membangun jalan yang lebih baik menuju tempat-tempat wisata. LOkasi pun semakin tertata rapih dan asri, sehingga kini setiap tahun tidak kurang sekitar 25 ribu wisatawan yang mengunjungi perbukitan Jayagiri ini.

Kami pun bisa menikmati hutan Jayagiri yang lebat, rindang, dan asri dengan pepohonan pinus dan pohon-pohon besar lain. Hawanya sejuk namun tak sampai menusuk tulang sumsum. Di kawasan hutan itu sudah ada papan-papan petunjuk jalan bagi para pendaki, tempat berlindung, pos jaga, toilet, dan tempat sampah.

Kami pun mendapat informasi dari pengelola setempat bahwa di lokasi ini para wisatawan bisa berkemah, menggelar kegiatan pelatihan, bersepeda, hiking, offroad atau sekedar menikmati alam yang konturnya bergelombang. 

Kami pun merasakan pengalaman makan siang di hutan. Makan siang yang disajikan pasangan suami istri yang mengelola kuliner di lokasi, menyediakan menu makan siang yang lezat. Selain nasi liwet yang enak juga ada goreng ikan nila, ikan asin, goreng jengkol, urapan lengkap dengan tahu tempenya, tentu saja dipadu dengan sambal cikur yang membuat kami tak sudi untuk berhenti mengunyah.

Dari kami berenam ada yang menjajal masuk ke perbukitan atas untuk sekedar menikmati nuansa hutan yang jarang kami rasakan selama hidup di lingkungan kami. Sementara yang lainnya lebih suka berkaraoke ria yang juga disajikan oleh Kang Anung pemilik warung makan tampat kami berkunjung.

Alhamdulillah touring KisundaRODA Jilid-III ini semuanya telah berjalan dengan baik, lancar dan membahagiakan. Kembalinya kami menggunakan jalur Punclut ke arah Cimbuluit dengan terlebih dahulu mengunjungi Pabrik Susu Lembang yang sangat terkenal itu.

Semoga sektor pariwisata Jayagiri ini semakin berkembang. Silahkan jika ada yang mau berkunjung ke tempat ini. Apalagi kini telah tumbuh pula usaha untuk memenuhi kebutuhan wisatawan lokal dan mancanegara, termasuk menyediakan kayu bakar untuk api unggun dan pasokan berbagai kuliner dan minuman seperti bandrek, teh dan kopi yang tersedia di kedai-kedai di sekitar Jayagiri. Penginapan pun sangat memadai dan nyaman untuk mengisi liburan keluarga anda. 

Sampai jumpa di Touring Biker KisundaRODA Jilid-IV yang rencananya sehabis Idul Fitri di Sekitaran Situ Cileunca, Pangalaengan Jawa Barat. Cag, Ah...!!!///**nanakisunda...











Tah ieu yeuh nu pikahariwangeun teh...
"Hoyong naon saurna teh...???"












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gowes Jelang Shaum Ramadhan 1445-H

Sembilan goweser NKRI tampil sambut gembira datangnya Ramadhan 1445-H Minus Kang Muryono (fotografer) Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an s...