Selasa, 01 Juni 2021

Gowes Kelahiran PANCASILA: "13 Goweser AA Perkasa Kembali Beraksi"


Gowes Selasa 1 Juni 2021, Hari Lahirnya Pancasila. 13 Goweser NKRI 
kembali unjuk aksi. Perhatikan saja, walau sudah pada tua, tapi tetap gaya 
dengan penampilan lumayan prima

Ketika berkumpul Di Gazebo Pojok Toleransi, obrolan awal pasti seputar urusan perut.

"Tau gak di Jl. Japati Bandung ada Soto Banyumas yang enaknya sampai nyesek ke ulu hati?" tanya Kang Rusdi kepada beberapa Goweser NKRI (Neangan/Nyari Karunia Ridho Illahi).

"Ah, mana ada makan soto sampai nyesek ke ulu hati. Yang ada disuruh bayar traktir temen-temen yang pada makan disitu, baru nyesek, begitu kali," kata Kang Isa.

"Maksudnya, di Jl Japati, yang dekat gedung Telkom kantornya kang Nana?" jawab Kang Irsan.

"Coba tanya Kang Nana, bener gak disitu ada Soto Banyumas yang enak," kata Kang Rochadi seraya menanyakan pada orang yang dimaksud.

"Waduh, walaupun saya sudah lebih 13 tahun berkantor di gedung itu, tapi gak pernah tuh makan siang sampai ke ujung jalan sana. Kalau saya biasa makan yang deket-deket saja, disamping Kantor. Disamping kantor situ ada ikan bakar yang rasanya mantabs punya. Kalau gak ya ke RM  Sari Bundo, yang di belakang kantor," kata Kang Nana.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita makan Ikan Bakar saja, kan belum pernah tuh. Tapi kalau hari lagi libur begini sepertinya pada tutup ya? Ya, terserah saja lah dimana saja, bagi saya mah yang penting nyendok," kata Kang Rochadi.

"Ya, boleh dicoba dulu soto Banyumasnya. Kalau yang saya pernah makan disana sih lumayan maknyus. Tapi saya gak tanggung jawab ya kalau sampai ketagihan," kata Kang Rusdi berusaha meyakinkan.

"Okey kalau begitu kita jajal saja. Tapi karena lokasi terlalu dekat, bagaimana kalau jalannya kita putar dulu ke arah Juanda Dago, nanti setelah perempatan Dago-Siliwangi kita belok ke kanan masuk ke Jl. Dipatiukur, terus masuk ke TKP," kata Kang Dammar.

"Siap lah! Setuju, Capa tatut. Sudah lama nih gak merayap di tanjakkan juanda," timpal Kang Purnomo yang dibenarkan oleh Kang Muryono dan Kang Yopi.

Akhirnya 13 Goweser AA (Aki-Aki) itu, setelah berbincang menyoal kuliner tampak wajahnya menjadi lebih cerah alias bersemangat. Walau pada umumnya rambutnya sudah mulai memutih, tapi tak kalah bersemangatnya dengan para goweser muda. Ada Kang Dammar, Kang Isa, Kang Nana, Kang Rusdi, Kang Yopi, Kang Purnomo, Kang Irsan, Kang Muryono, Kang Dede Amam, Kang Bubun, Kang Rochadi, serta Kang Saptono dan Putrinya yang masih berusia 10 tahun.

Rute yang ditempuh, seperti yang biasa dilalui. Hanya saja pas di Jalan Cilaki sekitar Patung Tengbaja, ada satu goweser yang pamit undur diri yakni Kang Dede Hamam. Memang beliau sepertinya kurang begitu fit hingga agak kepayahan menyusuri tanjakan Jl Cilaki ke arah Gasibu. Sementara 12 goweser lainnya lanjut terus hingga rehat ketiga di depan Gedung Sate.

Di lapangan Gasibu, rupanya ada goweser NKRI yang sudah menunggu dari pagi. Siapa lagi kalau bukan bang Menir Tampubolon plus satu goweser tamu pensiunan PINDAD yang ingin bergabung ke rombongan. Namun bang Tampu sepertinya ogah naik lagi ke arah dago. Menurut pengakuannya baru saja ia turun dari atas bersama dua kawannya. 

Pas menyusuri jalan Juanda, ada dua goweser motong jalan belok ke Jl Tengku Umar samping RS Boromeus yang tembus ke Jl Dipatiukur samping Kampus UNPAD.

"Tapi tong diberitakeun nya, bisi urang jeung Kang Bubun era," pesan Kang Rochadi ke Kang Nana, yang di-acc Kang Bubun.

"Ya, mendingan diberitakeun atuh. Lebih era mana kalau diberitakan: dua orang goweser NKRI dari Antapani ngagoler, semaput, terlentang di pinggir jalan juanda," kata Kang Sapto.

Akhirnya begitu sampai di Jl Japati, ternyata pedagang yang dituju gak berjualan.

"Alamaakk, apes kali kita nih, kuliner yang dituju ternyata tidak berjualan," kata Bang Tampu.

Untuk mencari alternatif kuliner lainnya, Kang Rochadi langsung melanjutkan perjalanan ke arah Jl Titiran. Ketemulah dengan pedagang Lontong Kari dan Kupat Tahu. Yah, apa mau dikata, seperti kata pepatah, tak ada rotan akar pun berguna, jadi kita sikat saja yang ada.

Beruntung, rasanya tidak mengecewakan. Pedagang Lontong Kari dan Kupat Tahu itu rupanya sudah berjualan di Jl Titiran situ lebih dari 20 tahun. Pak Imam, nama pedagang itu, memang telah belajar dari pengalaman untuk menyempurnakan citarasa kulinernya disesuaikan dengan kehendak lidah pembelinya. Kini rasanya memang sudah mendekati luar biasa yumi.

Setelah menikmati jajanan jalanan yang luar biasa itu, seperti biasa bubar jalan menuju jalan suci untuk lanjut sampai ke Antapani.

Setelah sampai di rumah masing-masing, barulah sadar, setelah dapat info dari Kang Yopi bahwa dirinya minta maaf tidak sampai ke tempat kuliner sehubungan ada hambatan ban sepedanya gembos dan harus ditambal dulu. Setelah itu, akunya, beliau langsung pulang. Baru ngeuh pula bahwa Kang Sapto dan Putrinya juga tidak ada di tempat kuliner.

Pantesan Kang Isa, sang bendahara membayar seluruh makananya untuk 12 orang plus ada tambahan satu porsi. Hanya saja saat itu tidak terucapkan. Dan baru sadar setelah sampai di rumah ada 3 orang yang tercecer. Bahkan pak Sapto dan Putrinya masih belum tau, apakah langsung ke dago atas atau langsung pulang. Maklum, keluarga beliau adalah para goweser yang fanatik ke tempat-tempat berbukit.

Semoga saja semuanya baik-baik saja dan sebagai bahan evaluasi untuk gowes berikutnya. Cag, ah...!!!







Bang Tampu, boga sapedah anyar euy. "pamere boss," katanya.
Dia pun bertekad say goodbye ke sepeda yg biasa dia pakai
itu tuh yang stangnya kayak rancatan itu




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketua PGRI Jabar, Ketua RW-10 Ankid, Drs. H. Dede Amar, M.M.Pd., Wafat

بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَاف...