Kamis, 16 September 2021

Kisah Bonek Kisunda-10, Sempat Menangis Dua Kali

Ini dia Bonek Kisunda-10, bang Tampu, yang mengisahkan
Perjalanan Gowesnya Sejauh 160 Km

Sembilan goweser Kisunda-10.com plus fotografer
bersiap menyatroni Sate Gule Cimandiri

Terus terang saya menangis ketika melihat tanjakan yang begitu menjulang tinggi bagai membelah gunung. Sebelah kiri tebing, kanannya jurang. Aku sempat berpikir mau pulang balik, tapi, ah, kalau balik pun perjalanan tak mudah dilakukan. Lagi pula macam mana pula kata dunia, gengsiku bisa roboh. Aku pun bertekad untuk melanjutkan perjalanan. Beruntung ada tempat peristirahatan. Setidaknya bisa dimanfaatkan untuk sekedar berpikir dan mengambil keputusan.

Begitulah cerita seorang bonek (bocah nekad) Kisunda-10, bang Tampubolon, ketika melakukan solo gowes alias gowes sorangan Bandung - Pameungpeuk Garut sejauh 160 Km menggunakan jalur Pangalengan.

Cerita berlanjut. Sesaat sedang melamun, tiba-tiba, ada perempuan muda yang lumayan cantik, tentu kalau dibandingkan istri-istri goweser Kisunda-10 yang sudah pada jadi nenek-nenek. Perempuan itu pun menegur saya:

"Bang, kalau abang bisa melaju melintasi tanjakan ini, abang saya mandiin sekaligus saya pijitin bang," kata perempuan itu menantang yang membuat saya terkejut sesaat. Tapi sepertinya dia tahu persis kalau aku gak bakalan sanggup melintasi tanjakan menjulang dengan sudah elevasi sekitar 60 derajat itu.

"Bener nih mau mandiin dan pijitin abang?, kataku pura-pura jadi jagoan.

"Bener, saya serius bang, silahkan coba saja, nanti kalau abang sudah diatas, nanti saya susul ke atas untuk mandiin dan pijitin bang," kata perempuan itu memberi janji.

Obrol punya obrol, (dengan logat Batak): Ah, macam mana pula ini, ujung-ujungnya si perempuan itu menawarkan jasa untuk membawa sepedaku ke puncak tanjakan dengan tarif Rp 50 ribu rupiah.

Ya sudah, daripada mandeg, kubilang setuju saja. Rupanya itu si perempuan kucluk juga, ternyata sepedaku dibawakan suaminya pakai sepeda motor. Alamak, rupanya si perempuan ini sudah berpengalaman untuk membantu para goweser yang lewat melalui jasa pemindahan sepeda dari bawah ke atas puncak tanjakan.

Itulah sepenggal kisah pengalaman solo gowes bang Tampu ini yang diceritakan di tempat Sate Gule Cimandiri, yang memang telah dijadikan sasaran kuliner Sembilan Goweser Kisunda-10 pada Rabu kemarin (15/9). Kesembilan Goweser itu yakni: Kang Dammar, Kang Rochadi, Kang Bubun, Kang Purnomo, Kang Saptono, Kang Sigit, Kang Dwi, Kang Rusdi, dan Kang Nana. Kemudian bertemu di lokasi kuliner Sate Gule Cimandiri dengan salah satu goweser lainnya yang kini mendapat gelar sebagai goweser bonek Kisunda-10, bang Tampu.

Selama masih menunggu pesanan, bonek itu pun bercerita kembali.

Selama perjalaanku, memang aku sempat menangis dua kali. Terutama ketika dalam kondisi yang sudah lunglai, sekonyong-konyong harus melintasi tanjakan lagi yang begitu membentang ke atas. Ya, terpaksa untuk menghadapi tanjakan yang kedua ini, kupapah sepedaku bersama linangan air mata. 

"Terus terang aku kapok, aku tak sanggup melakukannya untuk yang kedua kalinya," cerita dia yang didengarkan oleh sembilan goweser lainnya dengan penuh haru biru. Bahkan mendengar cerita yang mengharukan itu, hampir saja kang Dammar ikut menangis.

Perjalanan itu, tambahnya, kutempuh sejauh 160 Km. Aku ambil rute dari Bandung melintasi Pangalengan, terus menyusuri perkebunan teh ke arah selatan hingga Pantai Santolo hingga Pantai Pameungpeuk Garut. Sebenarnya sih, dari total perjalanan itu 75% jalannya menurun. Kalau bicara soal pemandangan memang luar biasa indah. 

Sempat pula, beberapa kali aku ketemu dengan goweser lainnya, saat kuceritakan tujuan perjalananku, banyak yang mengatakan kalau aku sudah gila. Bahkan ada yang melintangkan jari telunjuk ke jidatnya. 

"Abang sudah gila!!!" kata seorang seorang goweser yang kutemui. Sekalian saja aku bilang, kalau aku memang baru sembuh dan lagi kumat.

Yah, begitulah perjalananku itu selama dua hari dua malam. Berangkat tanggal 7 September jam 03.00 Subuh dan pulang pada tanggal 9 September jam 03.00 subuh. Jadi setelah sampai Pameungpeuk Garut, apa boleh buat, kembali pulang ke Bandung menggunakan kendaraan Colt Sayur dan berhenti di Cileunyi. Dari Cileunyi menuju Antapani, aduhai, terpaksa aku nggowes lagi, padahal ini selangkangan masih terasa panas.

Sesampainya di rumah selama tiga hari jalanku jadi egrang. Sampai istriku bertanya, "Ah, kenapa pula jalan kau macam begitu bang, macam habis sunat saja kau bang?" (hahaha, maaf, ini mah karangan jurnalis).

Yah, begitulah kisah goweser Kisunda-10 di Rabu Pertengahan September Ceria ini. Tak banyak yang bisa diceritakan perjalanan goweser NKRI, selain kisah bertemunuya dengan  goweser bonek Kisunda-10.com. Dan kita bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada bang Bonek yang dengan kebaikannya telah membayarkan seluruh biaya kuliner kali ini. 

Semoga menghibur dan mohon maaf kalau terdapat beberapa rekayasa cerita. Ya, begitulah, supaya berita Kisunda-10 ini tetap lucu dan menggemaskan.//*nk (nanakisunda).






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gowes Jelang Shaum Ramadhan 1445-H

Sembilan goweser NKRI tampil sambut gembira datangnya Ramadhan 1445-H Minus Kang Muryono (fotografer) Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an s...